Penulis : Elton Nggiri
NTTKreatif, LARANTUKA – Perseftim Flores Timur mencetak sejarah membanggakan di ETMC XXXIII Kupang 2025 dengan meraih peringkat ketiga—prestasi yang telah dinanti selama 15 tahun. Namun, di balik euforia keberhasilan itu, terselip aroma tak sedap: dugaan ketidakterbukaan dalam pengelolaan dana ratusan juta rupiah.
Permasalahan bermula dari dana hibah KONI Flores Timur sebesar Rp150 juta. Alih-alih disalurkan melalui rekening organisasi resmi, dana itu justru mengalir ke rekening pribadi Ketua Askab PSSI Flotim, Ir. Yohanis Kopong. Alasannya? Demi efisiensi operasional tim. Tapi publik pantas bertanya: sejak kapan urusan organisasi publik dikelola lewat rekening pribadi tanpa mekanisme kontrol kelembagaan?
Dalam konferensi pers, Yohanis membeberkan rincian penggunaan dana: Rp25 juta untuk melunasi utang awal kepada pihak ketiga, Rp15 juta dan Rp10 juta sebagai bonus saat tim lolos ke 8 besar dan semifinal, Rp7 juta untuk biaya transportasi selama pemusatan latihan di Larantuka, serta sisa dana sekitar Rp95 juta—terdiri dari Rp93 juta sisa hibah KONI yang masih di rekening pribadi dan Rp2 juta donasi pihak ketiga—untuk panjar honor pemain dan pelatih.
Yohanis juga mengklaim bahwa seluruh dana tersebut telah habis digunakan, dan kini saldo rekeningnya nol. Namun, publik berhak mengetahui lebih dari sekadar klaim lisan. Detail seperti penggunaan dana pinjaman Rp25 juta, misalnya, tidak dijelaskan secara rinci untuk apa saja.
Pernyataan Yohanis ini dibantah oleh Vicky Betan, mantan Manajer Teknis Perseftim. Ia menegaskan bahwa manajemen tim hanya menerima dana awal sebesar Rp50 juta, termasuk bantuan dari pihak ketiga dan Bank NTT. Sisa dana, menurutnya, baru disalurkan saat tim sudah berada di Kupang. Bahkan hingga kini, sebagian honor pemain disebut-sebut belum dibayarkan.
|