NTTKreatif, LARANTUKA — Objek wisata pemandian air panas Waiplatin di Desa Mokantarak, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, tampak memprihatinkan. Alih-alih menjadi magnet wisata andalan, kawasan yang dulu ramai dikunjungi kini bak kawasan terbengkalai—fasilitas rusak, rumput liar merajalela, dan sampah berserakan.

Pantauan wartawan pada Jumat petang (4/4/2025), kondisi fisik lokasi sangat memalukan. Pagar besi depan sudah patah dan diikat seadanya dengan irisan ban dalam. Beberapa bagian tembok pagar ambruk. Di dalam area, kondisinya lebih menyedihkan. Kolam renang kering dikelilingi rumput liar, bahkan tumbuh hingga ke lantai semen.

Sampah plastik—botol minuman dan kemasan makanan—berserakan di dekat wahana bermain anak-anak. Sementara itu, jembatan kayu (jeti) yang digunakan pengunjung tampak lapuk dan membahayakan. Pegangan kayu kiri-kanan sudah koyak. Anehnya, lokasi ini tetap ramai dikunjungi anak-anak, pelajar, dan warga dewasa yang datang menikmati air panas alami.

Minimnya penerangan menjadi sorotan lain. Waiplatin memang buka hingga malam, tapi hanya ada satu lampu terang di pinggir kolam. Beberapa tiang lampu lainnya karatan, bohlam pecah, dan dibiarkan begitu saja.

Jeti yang menghubungkan ke hutan mangrove—salah satu daya tarik utama Waiplatin—bahkan sudah tak bisa digunakan. Akses ke mangrove ditutup karena kerusakan parah. Padahal, animo pengunjung cukup tinggi. Banyak yang hanya bisa berfoto dari kejauhan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin Redaksi NTT Kreatif.